Beranda News

Saling Serang Urusan Pribadi, Pilkada Tangsel 2020 Dinilai Pengamat Turun Kelas

Saling Serang Urusan Pribadi, Pilkada Tangsel 2020 Dinilai Pengamat Turun Kelas

TANGERANG SELATAN,Pelita.co – Berbeda dengan periode sebelumnya, Pengamat Politik dari Forum Literasi Demokrasi (FLD), Erwin Simbolon menilai, dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) 2020 turun kelas.

Pasalnya, gelaran Pilkada saat ini lebih terkesan saling serang urusan pribadi, dari pada adu ide, gagasan dan program-program.

Padahal, menurutnya, Kota Tangsel sebagai etalase Indonesia dengan penghuni masyarakat kelas menengah perkotaan, seharusnya mampu menghadirkan proses Pilkada yang berkelas.

“Saya melihat proses Pilkada Tangsel kali ini turun kelas dan sangat tidak berkualitas. Kita tahu, Tangsel kota modern dan warganya cerdas dan terdidik. Tetapi Pilkadanya malah tak menarik, yang terjadi bukannya adu ide atau debat program, tapi malah saling serang urusan personal kandidat,” katanya, saat berbincang dengan wartawan, Minggu (18/10).

Ia mencontohkan, seperti dalam perbincangan di sosial media, isu yang dimunculkan dinilainya sangat tidak layak, dan terlihat menyerang salah satu kandidat.

Baca juga :  Murembang Desa Caringin 2021, Prioritaskan Untuk Bumdes

“Misalnya saja muncul isu poligami, isu dinasti yang sebenarnya sudah usang dan tak relevan atau juga muncul isu SARA. Ini kan saya kira tidak mencerminkan Pilkada di Kota yang modern,” katanya

Munculnya hal tersebut, Erwin menduga, karena adanya adanya kelompok luar yang sengaja diatur untuk merusak kontestasi dengan menyebarkan provokasi dan menyerang urusan pribadi agar, gelaran Pilkada Tangsel, terlihat tidak berkualitas dan turun kelas.

Padahal, katanya, pola-pola menyerang personal tersebut, sebenarnya menguntungkan petahana dan pamor petahana semakin mendapatkan simpati.

“Munculnya kelompok yang diimpor untuk merusak kontestasi dengan menyebarkan provokasi dan menyerang urusan pribadi, telag membuat Pilkada Tangsel terdegradasi, tak berkualitas dan turun kelas. Ujungnya, petahana yang diuntungkan. Sebab, elektabilitasnya sudah tinggi, tak ada adu program dan gagasan. Dengan diserang secara personal, justru malah mendapatkan simpati,” sambungnya

Baca juga :  Jadi Pembicara di UGM, Pendiri Global Peace Kiai Marsudi Beberkan Fondasi Demokrasi

Seperti diberitakan sebelumnya, Sabtu (17/10) Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), mencopot puluhan spanduk bertuliskan provokasi alias Black Campaign, bertuliskan Ibu-Ibu, Memang Mau Pilih Calon Walikota Tangsel Yang Poligami ?’ atas nama Forum Mamah Muda Indonesia (Mahmudi), di pinggir jalan, kelurahan Rempoa, Ciputat Timur.

Spanduk tersebut berwarna Merah, dengan tulisan warna putih hitam, mirip seperti logo Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.

Diketahui, elektabilitas tiga pasangan calon Walikota dan Walikota Tangsel berdasarkan hasil survei Parameter Pemilu Indonesia, pasangan nomor urut 03 Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan unggul, sebesar 44,93 persen, disusul pasangan nomor urut 01, Muhamad-Rahayu Saraswati sebesar 24,77 persen, dan pasangan nomor urut 02, Siti Nur Azizah-Ruhamaben, sebesar 18,12 persen. Survei dilakukan pada 10 sampai 15 Oktober 2020. (rls)